Sunday, November 14, 2010

Cerpen: Kopi Susu E Major




Kopi  Susu  E  Major

Oleh: Azam Fauzan Akmal IX-9


“Ehrrrkh.. Alhamdulillah..” , “Aduh, Zam ga sopan!”. Begitulah sendawaku yang dibuntuti celotehan ibuku setelah sarapan  omlette buatan mbak Mina. Lalu kumulai beranjak dari meja makan ke teras depan setelah menanggapi positif sedikit nasihat ibuku tadi. Kubuka lembar demi lembar koran edisi hari Minggu sambil menunngu kopi susu pesananku. Terus berharap hari ini takkan selesai, karena hari ini hari Minggu.
“Mbaaakk.. , kalo udah jadi tolong bawa kedepan ya..”, begitu teriakku kepada mbak Mina yang kemudian datang membawa kopi susu.
“Ini kak..” begitu kata yang melintas dari mulut mba Mina kepadaku saat dia memberikan kopi susu itu kepadaku.
“Ya, terimakasih mbak,” balasku.
Mbak Mina memenggilku ‘kak’ dikarenakan aku anak tertua di keluarga kecilku.
Bosan pun aku rasakan untuk koran yang aku baca. “Enaknya ngapain ya sambil nunggu kopi dingin?” pikirku. Kemudian, aku ambil gitar pinjaman dari Rendi, teman sekelasku yang aku simpan di kamarku. Lalu aku kembali keposisiku semula dengan akor D major pada fret gitar. Sejenak ku terdiam dan mulai memetik gitar iringan lagu dari Lost Kids yang berjudul “The Final Answer Is Break Up” yang kebetulan dimulai dengan akor D major. “ I can’t forget your eyes I can’t forget your face please don’t leave me alone in here….”. Bait demi bait pun aku lantunkan hingga berakhir di D major juga. Kemudian, kuteguk kopi susu tadi yang mulai mendingin, sambil berfikir untuk lagu selanjutnya. Tak lama setelah meneguk kopi susu, lalu aku mulai memetik dengan mencoba melatih tangga nada E major, E-Fis-Gis-A-B-Cis-Dis-E. “Ehmmm..”  itu kata yang melintas spontan setelah aku memainkan tangga nada E major sambil ku terngiak dan mengingat sesuatu. Omong soal tangga nada E major aku jadi teringat lagunya Vierra yang berjudul “Bersamamu” yang pada saat pertama kali mangung bersama teman bandku.
            “Sori..sori gua telat,belum mulai ‘kan?” ucapku terburu-buru kepada teman bandku.
“Gapapa Zam, baru jam 8. Ga telat-telat banget dari waktu yang kita janjiin” balas Jordan bijak.
“Emang kenapa Zam, kok telat?“  ucap Lutfi kepadaku.
“Gua kesiangan, semaleman susah tidur gua gara-gara terlalu memikirin acara ini.“ .
“Biasanya paling duluan lu..“  ucap Wicak meledek.
“Haha, bisa aja lu cak..“
  Dari depan gerbang gedung Chandraga, setelah menyelesaikan percakapan kami langsung menuju ke ‘backstage’. Jarak dari gerbang ke ‘backstage’ cukup jauh. Tiba saat disana kami mengisi absen bahwa kami hadir.
“Slow Incident closing ya..” kata panitia acara perpisahan kelas IX SMPN 179  Jakarta angkatan 2009/2010.
“Ya mbak..” begitu balasku.
 Untuk menunggu giliran kami, kami melatih lagu yang akan kami bawakan nanti sambil berintermezo dengan cemilan yang disediakan oleh panitia.  Juga canda dan tawa mengiringi latihan kami. Tak lupa bercengkrama atau hanya  saling bertegur sapa kepada band dan pangisi acara yang lainnya.
Jarum jam pun sudah berputar dan berhenti pada waktu yang seakan memenggil kami. Cemilan, canda dan juga tawa pun sudah kami habiskan. Tiba saatnya  kami menunggu detik kepanggilan tugas kami. Tugas pertama kami.
“Hadoh gerogi gua..” keluh Wicak dengan nada bercanda. Aku tahu bahwa Wicak sudah pernah manggung dengan band sebelumnya  jadi Tak terlalu gerogi akan hal ini. Tetapi hal yang sebenarnya pun aku rasakan, walau aku juga sering berada di atas panggung sebelumnya. Tapi ini kali pertama aku manggung bersama band. Sebelumnya aku pernah bermain drama teater dan bermain marawis.
“Udalah, berdo’a aja mudah-mudahan gak ada apa-apa.” Ucapku secara spontan kepada mereka.
“Biarpun ini pertama kali kita manggung  jangan kecewain penonton ya..” sambar Jordan.
“Ini dia kita sambut Slow Incident….”  suara itu terdengar dari atas panggung. Sang pembawa acara pun mememanggil kami.
Kemudian, Kami pun segera bergegas ke atas panggung dan diringi dengan tepuk tangan hangat dari penonton.
             “Selamat pagi semua!” sapaku kepada mereka yang ditanggapi dengan baik. “Kami Slow Incident akan memberikan yang terbaik untuk kalian” penonton pun makin bersorak sorai  setelah aku mengucapkan kata tersebut. Setelah ‘Check Sound’ dan tanpa basa-basi lagi kami mulai memainkan lagu yang berjudul “bersamamu”. Dentingan keybord dari Jordan dan karakter vokal yang lembut dari Andhika Aulia mengawali lagu tersebut, yang kemudian pada pertengahan lagu masuk iringan gitar dan bass dari Wicak dan aku, juga Lutfi pada drum. Akor mayor dan minor pun kami arungi bersama lambaian tangan dari penonton.. Itulah saat-saat yang kami harapkan. Yaitu membangkitkan emosi penonton.  Aku rasa bukan hanya kami, semua musisi pun mengharapkan hal tersebut ketika berada di atas panggung.
 Karena di dunia ini tidak ada yang sempurna, lagu petamapun kami mainkan dengan nyaris sempurna. Tiba saatnya kami membawakan lagu kedua yang diselingi dengan celotehan relaksasi dari Andhika Aulia. Lagu pun diawali dengan ketukan tempo dari Lutfi. Lagu pun berjalan lancar dari awal hingga saatnya di pertengahan lagu. Pada pertengahan lagu sebuah masalah besar pun terjadi. Strap bass yang aku pakai lepas dan itu membuat permainan bassku kacau balau. Aku kemudian kembali memasangnya tanpa memperdulikan preofesionalisme. Hingga beberapa saat kemudian hal itu terulang kembali. Entah tidak ada yang melihat atau apa, akupun tidak melihat seorang pun yang mentertawakanku. Itu salah satu hal yang membuat urat saraf panikku tidak terlalu bereaksi. Alhasil lagu pun berakhir dengan kurang memuaskan.
            Kamipun bergegas meninggalkan panggung tanpa lupa berterima kasih kepada penonton karena mereka tak enggan bernyanyi bersama.  Beberapa saat kemudian., “Lagi…lagi…lagi”  suara itu yang diiringi tepuk tangan itu menghentikan langkah kami dan kembali berbalik badan. Pada saat itu kami ingin sekali memenuhi permintaan mereka. Karena durasi acara dan izin dari panitia, kami tidak bisa memenuhi permintaan yang membuat kami bangga itu. Ya.., sangat bangga.
            “Huh, jadi teringat,” aku pun berkata kepada diriku sendiri sambil tersenyum tak jelas. Lalu aku bernostalgia dengan memainkan lagu “Bersamamu” yang membuat aku sukses bersama band ku. “Ku kan setia menjagamu bersama dirimu… dirimu...”. Overtone gitar pun aku akhiri dengan tegukan kopi susu yang sudah tidak hangat lagi.

No comments:

Post a Comment